“Ayo minggu
ini pulang Ris” ucapnya dengan senang
Aku terdiam.
“Ibuku
menyuruhku pulang” ucapnya sekali lagi seakan ia ingin sekali kembali ke
kampung halaman.
Sekali lagi
aku hanya diam. Aku tak tahu harus berkata apa. Jika aku kembali, aku pasti
kena marah dari mereka karena mereka telah melarangku untuk kembali. Disisi
lain, aku tak ingin mengecewakkan orang yang selalu menemaniku ditanah
perantauan ini.
“Oke besok
jumat pulang tapi sore yaa setelah tugasku selesai.” Ucapku sedikit ragu
Aku melihat
ada kebahagiaan di wajahnya. Aku tak mengerti dengan keputusanku ini. Salah
atau benar aku tak begitu paham. Aku hanya ingin mencoba menjadi berguna bagi
orang lain dan aku tak ingin mengecewakannya.
Selang
beberapa menit, aku tersadar. Ada acara minggu ini. Aku bingung harus
bagaimana. Aku tak ingin melewatkan acara itu. Tapi bagaimana caraku untuk
mengatakan kepadanya? Aku tak ingin merusak kebahagian yang ia nantikan. Aku
takut dia akan kecewa terhadapku.
“Dit ...”
panggilku lirih
“Iya gimana?”
“Kalo semisal
minggu ini gajadi pulang gimana? Aku ada acara fakultas”
“Lahh kamu kan
udah janji”
“Tapi dit, aku
tak ingin melewatkan acara ini. Acara ini penting bagi masa depanku.”
“Pokoknya
pulang ya pulang. Titik.”
Mendengar
jawabannya aku sedikit kecewa. Mengapa dia hanya memikirkan dirinya sendiri?
Iya memang aku tahu, dia sudah berminggu minggu tidak pulang, tapi apa salahnya
dia memikirkan diriku sekali saja. Hmm. Tapi yasudahah tak apa, aku mengerti
bagaimana berada diposisinya.
“Baiklah besok
pulang, tapi sabtu aku kembali lagi kesini”
“Nah gitu
dong, cantik deh wkwk” ucapnya dengan sedikit candaan.
Disaat
perkuliahan aku bercerita kepada teman temanku bahwa aku akan pulang minggu
ini. Entah mengapa mereka semua melarangku. Banyak dari mereka berkata,
“Ngapain pulang? Orang kemaren udah pulang. Ngerjain tugas woyy gausah pulang”.
Aku hanya menganggapnya gurauan semata.
“Aku kangen
adikku” ucapku sedikit tertawa
Aku tahu bahwa
jawabanku tak sesuai dengan alasanku kembali tapi biarlah, toh mereka semua tak
tahu dengan apa yang terjadi. Hehe
Detik berganti
menit, menit berganti jam, jam berganti hari. Begitulah kehidupan. Semua terasa
cepat berlalu. Hari ini hari Jumat namun mengapa jadwalku masih saja penuh.
Hmm. Pagi hingga sore aku masih berada di kampus untuk menyelesaikan tugas yang
tak kunjung usai, sampai akhirnya aku mendapat pesan ‘Ayo Ris pulang’. Akhirnya
pun aku beranjak dari tempat itu dan kembali pulang.
“Ini yakin mau
pulang?” Tanyaku untuk memastikan
“Iyaaa ayokkk”
Aku tak yakin
dengan perjalananku kali ini. Aku merasa tak enak seperti akan ada sesuatu yang
terjadi. Aku hanya mengabaikannya, mungkin hanya perasaanku saja. Ku mulai
perjalananku ditemani tetesan air hujan yang mengalir, badan yang mulai letih,
serta beban pikiran yang menumpuk.
Di seperempat
perjalanan, aku merasakan badanku mulai letih capek seakaan aku tak kuat untuk
melanjutkannya. Kupaksakan diriku untuk terus menyetir, hingga akhirnyaaaaa
Brukkkkk
......
Aku menabrak
motor didepanku. Aku terseret hingga beberapa meter. Badan sakit, motor hancur
dan yang paling parah ada truck dibelakang yang siap untuk menghantamku. Aku
takut, aku pasrah, nyawaku diambang batas. Tapi aku bersyukur, aku
terselamatkan dari maut. Banyak orang yang menolongku, membawaku ke pinggir
jalan. Aku kembali bersyukur, bahwa hanya aku yang terluka bukan temanku atau orang yang ku tabrak. Beruntung
juga, orang yang ku tabrak mulia hatinya. Mereka tak meminta ganti rugi atas
kesalahan yaang kuperbuat.
Luka di bagian
tangan kanan, membuatku tak bisa menyetir. Sekali lagi aku bingung aku harus
lanjut atau kembali.
“Perjalanan
masih jauh dek, lebih baik kamu kembali saja dari pada akan ada hal yang lain
terjadi” ucap seseorang menenangkanku.
Aku terdiam,
aku melihat kearah temanku, ia merasa sedih dengan apa yang terjadi.
“Maafkan aku
Ris, jika aku tak mengajakmu pulang, semua ini tak akan terjadi” ucapnya lirih
“Sudah tak apa
Dit, kita tak tau apa yang akan terjadi.
Ambil hikmahnya aja. Dan aku juga minta maaf, aku tak bisa
mengantarkanmu pulang dengan selamat”
Kondisi ku
yang belum stabil, membuatku tak dapat melanjutkan perjalanan. Aku mencoba
menghubungi semua temanku untuk menjemputku. Banyak dari mereka yang tak bisa
untuk datang. Namun, ada juga dari mereka yang meluangkan waktunya hanya untuk
datang menemuiku. 30 menit lebih perjalanan mereka tempuh hanya untuk diriku.
Aku bersyukur memiliki teman yang begitu perhatian terhadapku.
Pada akhirnya
aku kembali bersama mereka yang menjemputku, namun tidak dengan Dita. Ia tetap
melajutkan perjalanan dengan bus bersama temanku yang lain. Dari kejadian hari
ini, aku sadar bahwa orang tuaku masih memperhatikanku, mereka tak ingin
terjadi apa apa terhadap diriku di tanah perantauan ini. Maafkan diriku yang
telah berfikir macam macam. Aku tak aka mengulanginya lagi.
0 komentar:
Posting Komentar