Pages

Jumat, 11 November 2016

My Sweet Adventure




Tanah perantauan tak seasik bayangan. Kupikir aku bisa bebas tanpa ada seseorang yang mengekangku disini. Faktanya aku memang bebas, namun aku rindu akan semua kekangan itu. Aku rindu akan semua larangan, aturan, serta perintah yang keluar dari bibir manis mereka. Aku rindu semua keluargaku yang berada jauh dari sisiku. Aku ingin pulang. Aku tak ingin jauh dari mereka. Namun mereka semua melarangku kembali dalam jangka waktu yang berdekatan. Aku kecewa akan larangan itu dan aku sempat berfikir apa mereka sudah tak menganggapku lagi.

“Ayo minggu ini pulang Ris” ucapnya dengan senang

Aku terdiam.

“Ibuku menyuruhku pulang” ucapnya sekali lagi seakan ia ingin sekali kembali ke kampung halaman.

Sekali lagi aku hanya diam. Aku tak tahu harus berkata apa. Jika aku kembali, aku pasti kena marah dari mereka karena mereka telah melarangku untuk kembali. Disisi lain, aku tak ingin mengecewakkan orang yang selalu menemaniku ditanah perantauan ini.

“Oke besok jumat pulang tapi sore yaa setelah tugasku selesai.” Ucapku sedikit ragu

Aku melihat ada kebahagiaan di wajahnya. Aku tak mengerti dengan keputusanku ini. Salah atau benar aku tak begitu paham. Aku hanya ingin mencoba menjadi berguna bagi orang lain dan aku tak ingin mengecewakannya.

Selang beberapa menit, aku tersadar. Ada acara minggu ini. Aku bingung harus bagaimana. Aku tak ingin melewatkan acara itu. Tapi bagaimana caraku untuk mengatakan kepadanya? Aku tak ingin merusak kebahagian yang ia nantikan. Aku takut dia akan kecewa terhadapku.

“Dit ...” panggilku lirih

“Iya gimana?”

“Kalo semisal minggu ini gajadi pulang gimana? Aku ada acara fakultas”

“Lahh kamu kan udah janji”

“Tapi dit, aku tak ingin melewatkan acara ini. Acara ini penting bagi masa depanku.”

“Pokoknya pulang ya pulang. Titik.”

Mendengar jawabannya aku sedikit kecewa. Mengapa dia hanya memikirkan dirinya sendiri? Iya memang aku tahu, dia sudah berminggu minggu tidak pulang, tapi apa salahnya dia memikirkan diriku sekali saja. Hmm. Tapi yasudahah tak apa, aku mengerti bagaimana berada diposisinya.

“Baiklah besok pulang, tapi sabtu aku kembali lagi kesini”

“Nah gitu dong, cantik deh wkwk” ucapnya dengan sedikit candaan.

Disaat perkuliahan aku bercerita kepada teman temanku bahwa aku akan pulang minggu ini. Entah mengapa mereka semua melarangku. Banyak dari mereka berkata, “Ngapain pulang? Orang kemaren udah pulang. Ngerjain tugas woyy gausah pulang”. Aku hanya menganggapnya gurauan semata.

“Aku kangen adikku” ucapku sedikit tertawa

Aku tahu bahwa jawabanku tak sesuai dengan alasanku kembali tapi biarlah, toh mereka semua tak tahu dengan apa yang terjadi. Hehe

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari. Begitulah kehidupan. Semua terasa cepat berlalu. Hari ini hari Jumat namun mengapa jadwalku masih saja penuh. Hmm. Pagi hingga sore aku masih berada di kampus untuk menyelesaikan tugas yang tak kunjung usai, sampai akhirnya aku mendapat pesan ‘Ayo Ris pulang’. Akhirnya pun aku beranjak dari tempat itu dan kembali pulang.

“Ini yakin mau pulang?” Tanyaku untuk memastikan

“Iyaaa ayokkk”

Aku tak yakin dengan perjalananku kali ini. Aku merasa tak enak seperti akan ada sesuatu yang terjadi. Aku hanya mengabaikannya, mungkin hanya perasaanku saja. Ku mulai perjalananku ditemani tetesan air hujan yang mengalir, badan yang mulai letih, serta beban pikiran yang menumpuk.

Di seperempat perjalanan, aku merasakan badanku mulai letih capek seakaan aku tak kuat untuk melanjutkannya. Kupaksakan diriku untuk terus menyetir, hingga akhirnyaaaaa

Brukkkkk ......

Aku menabrak motor didepanku. Aku terseret hingga beberapa meter. Badan sakit, motor hancur dan yang paling parah ada truck dibelakang yang siap untuk menghantamku. Aku takut, aku pasrah, nyawaku diambang batas. Tapi aku bersyukur, aku terselamatkan dari maut. Banyak orang yang menolongku, membawaku ke pinggir jalan. Aku kembali bersyukur, bahwa hanya aku yang terluka bukan  temanku atau orang yang ku tabrak. Beruntung juga, orang yang ku tabrak mulia hatinya. Mereka tak meminta ganti rugi atas kesalahan yaang kuperbuat.

Luka di bagian tangan kanan, membuatku tak bisa menyetir. Sekali lagi aku bingung aku harus lanjut atau kembali.

“Perjalanan masih jauh dek, lebih baik kamu kembali saja dari pada akan ada hal yang lain terjadi” ucap seseorang menenangkanku.

Aku terdiam, aku melihat kearah temanku, ia merasa sedih dengan apa yang terjadi.

“Maafkan aku Ris, jika aku tak mengajakmu pulang, semua ini tak akan terjadi” ucapnya lirih

“Sudah tak apa Dit, kita tak tau apa yang akan terjadi.  Ambil hikmahnya aja. Dan aku juga minta maaf, aku tak bisa mengantarkanmu pulang dengan selamat”

Kondisi ku yang belum stabil, membuatku tak dapat melanjutkan perjalanan. Aku mencoba menghubungi semua temanku untuk menjemputku. Banyak dari mereka yang tak bisa untuk datang. Namun, ada juga dari mereka yang meluangkan waktunya hanya untuk datang menemuiku. 30 menit lebih perjalanan mereka tempuh hanya untuk diriku. Aku bersyukur memiliki teman yang begitu perhatian terhadapku.

Pada akhirnya aku kembali bersama mereka yang menjemputku, namun tidak dengan Dita. Ia tetap melajutkan perjalanan dengan bus bersama temanku yang lain. Dari kejadian hari ini, aku sadar bahwa orang tuaku masih memperhatikanku, mereka tak ingin terjadi apa apa terhadap diriku di tanah perantauan ini. Maafkan diriku yang telah berfikir macam macam. Aku tak aka mengulanginya lagi. 

0 komentar:

Posting Komentar